Ambon, 8 April 2016. Dr. rer.nat. Gino V. Limmon, M.Sc., Dosen Tetap Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Pattimura, menyuarakan bahwa kepengelolaan sumber daya perairan di wilayah seribu pulau Maluku yang kaya dengan biotanya perlu dijaga dan dikelola agar generasi mendatang terus menerus bisa menikmatinya. Sebagai seorang akademisi di bidang ilmu kelautan dia kemudian melakukan penelitian dimana hasil penelitiannya itu melahirkan ide dan gagasan besar bagi kelangsungan hidup biota laut terutama di wilayah perairan laut pulau Maluku.
Melihat permasalahan kepengelolaan sumberdaya perairan di Maluku, timbul keprihatinan dalam diri Dr. Limmon selaku akademisi yang merasa tertantang untuk melakukan sesuatu bagi masyarakat sebagai pemeran dari TriDharma perguruan tinggi. Hal ini kemudian melahirkan ide dan gagasan membentuk suatu kelembagaan yang secara serius mendata keanekaragaman biota laut berdasarkan “DNA barcoding” di wilayah perairan Maluku untuk dikelola sumber kekayaan biota lautnya.
Gagasan ini diperkuat lagi dengan melihat permasalahan kepengelolaan sumberdaya perairan yang terjadi pada Provinsi Maluku Utara, Papua Barat dan Nusa Tenggara Timur yang seharusnya layak menikmati hasil sumberdaya perairannya dengan kondisi oseanografinya yang kaya akan sumberdaya perairan dan yang telah menempatkan provinsi-provinsi di KTI ini sebagai kawasan segitiga terumbu karang dunia dengan keragaman jenis biota laut yang tertinggi di dunia. Atas itu Dr. Limmon mengajak akademisi sejawat di bidang Ilmu Kelautan di Unipa, Undana, Unkhair guna pembentukan suatu konsorsium.
Menurutnya, latar belakang ide dan gagasan ini timbul setelah dia melakukan penelitian yang menemukan bahwa saat ini terdapat sejumlah faktor penyebab terjadinya penurunan sumber daya perairan di kawasan KTI, antara lain; kegiatan penangkapan yang tinggi, penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan seperti penggunaan sianida dan bom dan menurunnya daya dukung lingkungan sehingga berdampak negatif pada ruang habitat atau sumber makanan biota laut ekonomis. Oleh sebab itu menurutnya, dibutuhkan suatu model manajemen sumber daya laut yang tepat untuk mengembangkan sumberdaya perikanan yang dimiliki agar tetap lestari. Menciptakan atau mengaplikasikan suatu model manajemen sumberdaya laut yang berkelanjutan sangat dibutuhkan data yang akurat, salah satunya adalah database tentang keragaman jenis dan potensi biota laut di empat provinsi ini. Menurutnya, database tentang keragaman jenis biota laut propinsi-propinsi tersebut masih sangat minim, sebab ahli taksonomi, khususnya untuk biota laut sangat langka. Metode yang tepat harus digunakan untuk bisa mengidentifikasi jenis-jenis biota laut yang terdapat di perairan Maluku. Pilihan menggunakan metode “DNA Barcoding adalah merupakan suatu metode yang sangat akurat dan hanya membutuhkan sangat sedikit jaringan dari spesies yang akan diteliti, sehingga dapat membantu proses identifikasi. Metode yang tepat adalah metode “DNA barcoding” sebab metode ini terbukti lebih unggul dari metode konvensional yang cenderung bersifat subjektif, dan metode ini juga sangat membantu mengatasi berbagai masalah yang sering terjadi dalam proses pengidentifikasian terhadap spesies umum maupun spesies langka yang hidup berdampingan dan memiliki tampilan yang mirip, jelasnya lebih lanjut.
Penggunaan metode ini diapplied dari penelitian Prof. Dr. Paul Herbert (2003) seorang peneliti dari Universitas Guelph, Ontario-Kanada, yang memperkenalkan teknik baru yang sangat inovatif dalam mengidentifikasi semua spesies organisme karena DNA barcoding menggunakan urutan basa DNA dari markagenetika tertentu untuk mengidentifikasi suatu organime. Prof. Hebert, sang penggagas metode DNA Barcoding mengirimkan “letter of support” sebagai bentuk apresiasi dan keseriusannya untuk membantu konsorsium ini dan berharap konsorium ini dapat menghasilkan suatu data base yang lengkap dan akurat tentang keanekaragaman jenis biota laut di kawasan perairan di Indonesia Timur, sehingga dapat menunjang percepatan pergerakan poros maritim sebagai bagian dari program Nawacita kabinet kerja Presiden Jokowi.
Ditingkat pusat, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi atas gagasan membentuk konsorsium keanekaragaman biota laut yang diajukan, menyambut baik dan menerima gagasan pembentukan konsorsium ini dan menindaklanjutinya dengan memberikan Hibah Konsorsium guna operasional pembiayaannya. Konsorsium ini kemudian diberi nama “Konsorsium Keanekaragaman Biota Laut berdasarkan DNA Barcoding”, dimana UNPATTI sebagai pengusul ditugaskan untuk mengkoordinasi konsorsium ini dan Dr. Limmon ditunjuk sebagai Koordinatornya.
Ditingkat kelembagaan, Pimpinan Universitas Pattimura dalam rangka mendukung percepatan pelaksanaan program kerja konsorsium, pada Maret 2016 membentuk Pusat Kemaritiman dan Kelautan Universitas Pattimura yang bertanggungjawab langsung kepada Rektor dan menetapkan Dr. Limmon sebagai Ketua. Pembantu Rektor Bidang kerjasama (Prof. Dr. J. W. Mosse, M.Sc), dan Ketua Lembaga Penelitian UNPATTI (Prof. Dr. Rafael, M. Osok) juga sangat berperan besar bagi kelancaran terbentuknya konsorsium ini melalui sinergitas dan koordinasi kerja yang intens.
Ditambahkan Dr. Limmon, bahwa saat ini telah bergabung beberapa universitas dan lembaga baik yang ada di dalam maupun di luar negeri di bawah konsorsium ini, antara lain universitas Nusa Cendana (Kupang), Universitas Negeri Papua (UNIPA), Politeknik Perikanan Tual, Universitas Khairun, RDI Perancis dan Center of Biodiversity Ontario (Kanada). Dr. Limmon berharap ke depan, lebih banyak lagi perguruan tinggi dan lembaga penelitian yang akan bergabung dalam konsorsium ini. HOTUMESE.
SUKSES SELALU PAK