UNPATTI,- Seminar dan Rapat Kerja Informal yang berlangsung di lantai II Aula Rektorat dihadiri Kepala Delegasi International Committee of the Red Cross (ICRC)/Komite International Palang Merah, untuk Indonesia dan Timor Leste, Alexander Faite beserta rombongan., Sekertaris Jenderal Palang Merah Indonesia, Bapak Sudirman Said., Rektor Universitas Pattimura, Prof. Dr. M. J. Saptenno, SH, M.Hum., Dekan Fakultas Hukum, Dr. Rory J. Akyuwen, SH, M. Hum., Ketua LP2M, Prof. Dr. Dominggus Malle, M.Sc., Rektor IAIN Ambon, Dr. Hasbollah Toisuta., Ketua Palang Merah Indonesia Maluku, Dr. J. C. Ruhulessin., Ketua Palang Merah Indonesia Kota Ambon, Bapak E. Pattikawa., Diosesan Amboina, Pastor Agustinus Ulahayanan., perwakilan KOMNAS HAM Ambon, Bapak Benediktus Sarkol., Majelis Latuputi Provinsi Maluku., Majelis Latuputi Kota Ambon., Dosen Bagian Hukum Universitas Pattimura, Senin (17/2/20).
Kegiatan kali ini diselenggarakan atas kerjasama antara Universitas Pattimura dan Komite Internasional Palang Merah (ICRC). Seminar Nilai-Nilai Kemanusiaan kali ini menghadirkan 3 (tiga) Narasumber antara lain Dr. J. A. Y. Wattimena, SH, L.L.M dari Fakultas Hukum UNPATTI., Christian Donny Putranto dari ICRC Jakarta., Novriantoni Kaharuddin dari ICRC Jakarta beserta Moderator, Insani Shabarwati dari I-News Journalist.
Kepala Delegasi International Committee of the Red Cross (ICRC)/Komite International Palang Merah, untuk Indonesia dan Timor Leste, Alexander Faite dalam sambutannya mengucapkan terimakasih kepada Rektor Universitas Pattimura, selaku tuan rumah yang telah bersedia bekerjasama dalam penyelenggaraan kegiatan “Seminar dan Rapat Kerja Informal”. Alexander juga mengucapkan terimakasih kepada Panitia dari Universitas Pattimura yang bekerja keras dalam melaksanakan kegiatan ini. “Kunjungan kali ini di Ambon saya merasa Sosial, karena saya berkesempatan bernostalgia dengan masa lalu. Pertama kali saya ke Ambon kurang lebih 20 tahun yang lalu, saya menjadi staf lapangan ICRC yang diutus untuk bekerjasama dengan PMI di Maluku”, tutur Alexander.
ICRC adalah sebuah delegasi kemanusiaan yang bersifat netral. Hari ini, kami bekerjasama dengan Palang Merah Indonesia (PMI) yang saat ini diwakili oleh Bapak Sudirman Said selaku SEKJEN PMI. Berkenan dengan mandat ICRC kami dengan PMI menggagas sebuah kerjasama yang berfokus pada perlindungan dan penghormatan Harkat Martabat Manusia dalam situasi damai maupun tidak. Karena itu, kegiatan kali ini mengusung tema “Nilai-Nilai Kemanusiaan” Menemukan Kerangka Indonesia Tentang Perlindungan Dan Pemajuan Harkat Martabat Manusia. Nilai-nilai kemanusiaan yang telah kami gagas merupakan intisari dari Hukum Internasional yang terkait dalam perlindungan Harkat Martabat Manusia, ujar Alexander.
Lanjutnya, saat ini kami telah mengidentifikasi sepuluh nilai kemanusiaan, antara lain Perlindungan integritas seksual, Perlindungan terhadap perempuan dan anak, dan lain sebagainya. Namun, ICRC menyadari bahwa sangat tidak cukup apabila gagasan ini hanya ditopang oleh fondasi yang didasarkan pada Hukum Internasional saja. Saat ini, ICRC memiliki keahlian untuk mencari dasar-dasar Hukum Internasional bagi nilai-nilai kemanusiaan, namun keahlian kami sangat terbatas di Bidang Kearifan Lokal. Melalui kegiatan ini, Beliau berharap para Pakar dapat berdiskusi didepan untuk memberikan masukkan dan kontribusi dalam pertemuan para Pakar dari berbagai Daerah di Indonesia. Selain seminar ini, Beliau juga meminta para Pakar dan Dosen melakukan rapat kerja untuk menemukan nilai-nilai kemanusiaan apabila mereka ke Jakarta. Pada kesempatan ini juga, ICRC akan melakukan penandatanganan M.O.U/kerjasama tentang seminar Nilai-Nilai Kemanusiaan Informal dengan Universitas Pattimura.
Tema yang diangkat saat ini sangat luar biasa. Kami boleh mendidik dan mengajar, tetapi jika nilai-nilai kemanusiaan tidak dihargai maka itu merupakan masalah bagi kita. “Kalau diminta untuk dikaji dari sisi adat istiadat, di Maluku banyak sekali nilai-nilai kemanusiaan yang dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip yang ada dan itu menjadi nilai-nilai penting dalam rangka mendamaikan Maluku yang berkonflik hampir 4 (empat) tahun”, tutur Rektor Universitas Pattimura, Prof. Dr. M. J. Saptenno, SH, M.Hum dalam menyampaikan sambutan. Lanjut, konflik 4 (empat) tahun membawa luka yang mendalam, tetapi dalam waktu singkat bisa saling memaafkan dan mengampuni. Kota yang teraman di dunia mungkin di Kota Ambon. Karena itu nilai-nilai agama dan kemanusiaan harus dijaga, sehingga ketahanan sosial bisa bertahan lama dan menjadi model untuk negara lain, karena Ambon bukan hanya dikenal sebagai “Ambon City of Music” atau Ambon Kota Music tetapi dikenal juga sebagai Kota Damai. Sekarang ini, Ambon dikenal dengan “Ambom City of Fish” atau Ambon Kota Ikan, hal ini terlihat dari berbagai aspek, antara lain aspek politik, aspek sosial, aspek seni dan budaya, aspek hukum.
Aturan Hukum Adat sudah mencakup semuanya, baik itu di dasar, laut maupun di udara. Ini perlu di praktekan dalam Hukum Dasar Internasional, maka disitulah Hukum Adat berdelegasi dengan kepentingan-kepentingan ekonomi yang dirumuskan dalam norma-norma Hukum Internasional. Saptenno berharap, lewat kegiatan ini bukan hanya teori saja yang kita terapkan, akan tetapi praktek dalam kehidupan sehari-hari juga perlu diterapkan.
Akhir dari sambutan Rektor, disusul dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (M.O.U) antara ICRC dengan Universitas Pattimura.