UNPATTI,- Selasa, (07/07/20) berlangsungnya Webinar Seri 1 Kerjasama Jurusan Kimia FMIPA Universitas Pattimura dengan Himpunan Kimia Indonesia (HKI) Maluku-Maluku Utara.
Rektor Universitas Pattimura, Prof. Dr. M. J. Saptenno, S.H, M.Hum, dalam sambutannya memberi apresiasi atas diselenggarakannya Webinar ini. Prof Saptenno mengatakan, bagaimana kita berupaya agar dapat membangun sinergitas dan kerjasama yang baik dengan berbagai pihak, terutama para ahli dan ilmuan terkenal di seluruh Perguruan Tinggi di Indonesia maupun di Luar Negeri, dalam mengembangkan potensi yang ada secara scientific (Ilmiah) untuk menemukan sesuatu yang terbaik.
“Semua pendekatan yang digunakan dalam mengatasi Pandemi Covid-19 adalah dengan pendekatan scientific (Ilmiah)”, ujar Prof. Saptenno. Lanjut, sebagai lembaga Perguruan Tinggi Negeri (PTN), semua pendekatan dapat dilakukan secara Ilmiah. Perpaduan antara kearifan lokal dan teknologi tinggi perlu dilakukan, sehingga ada alternatif yang tepat berupa kajian-kajian bahan dasar ilmiah.
Beliau juga berharap dari kegiatan ini akan menghasilkan berbagai pikiran, teori, dan pengalaman dan sebagai Rektor Universitas Pattimura beliau mengucapkan terimakasih kepada para Narasumber. “Saya yakin bahwa kompetensi-kompetensi para narasumber tidak dapat diragukan lagi, tinggal diberlakukan dalam suatu kerjasama yang baik dan pada akhirnya melahirkan suatu produk yang bermanfaat”, tutur Prof Saptenno.
Pada kesempatan yang sama, Dr. Yustinus Male, S.Si, M.Si, Ketua Jurusan Kimia mengatakan semua komponen bangsa, masyarakat dan perguruan tinggi harus berupaya bersama untuk menanggulangi Pandemi Covid-19, termasuk peran dan tanggungjawab moral Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengatahuan Alam Universitas Pattimura. “Ayo, Maluku bisa, kita punya sumber daya alam, kita punya sumberdaya manusia, kita punya instrument”, ujarnya.
Lanjut dikatakan, beberapa hal yang melatar belakangi pelaksanaan Webinar dengan tema “Pemanfaatan Metabolit Sekunder Tumbuhan Rempah Maluku Untuk Mengatasi Pandemi Covid 19”. adalah karena ; pertama, Maluku dalam sejarah dan sampai saat ini terkenal sebagai pusat rempah. Selain itu Maluku juga menjadi penghasil minyak kayu putih terbanyak di Indonesia. Metabolit sekunder adalah komponen kimia dan senyawa aktif yang terdapat pada cengkih, pala, minyak kayu putih, minyak lawang dan banyak lagi tumbuhan yang dimiliki oleh Maluku dengan berbagai khasiat ; kedua Universitas Pattimura memiliki jurusan kimia yang konsisten meneliti mengenai komposisi dan sebaran minyak kayu putih yang dihasilkan di daerah di Maluku mulai dari Haruku, Pulau Buru sampai Maluku Tenggara dan sudah sampai ke hilirisasi produk ; ketiga, kegelisan Jurusan Kimia FMIPA yang melihat viralnya tranding topic Kementerian tertentu yang mengintroduce beberapa produk minyak kayu putih padahal bahan dasarnya berasal dari Maluku dan ahlinya ada pada Jurusan Kimia Universitas Pattimura, seorang professor yang berpuluh-puluh tahun meneliti tentang kompenen dalam minyak atsiri
Himpunan Kimia Indonesia memberikan dukungan kepada Jurusan Kimia FMIPA Unpatti dan menyambut pelaksanaan Webinar ini untuk terus menggali potensi Sumberdaya Alam Minyak kayu putih yang terdapat di Maluku dari sisi keilmuan. Selama ini banyak Universitas lain yang tidak memiliki potensi alam kayu putih tetapi selalu melakukan kajian terkait produk hasil alam Maluku ini.
Semua Narasumber pada kegiatan ini memberikan kajian yang sangat baik terkait keahlian mereka, yakni Prof. Zeily Nurachman, D.Sc – Guru Besar Biokimia Institut Teknologi Bandung ; Prof Dr. rer. nat. Harno Dwi Pranowo, M.Si, – Guru Besar Kimia Universitas Gadjah Mada dan Prof. Dr. Hanoch J. Sohilait, MS, – Guru Besar Kimia Universitas Pattimura.
Dekan FMIPA Universitas Pattimura Prof. Dr. P. Kakisina, S.Pd, M.Pd., menyambut baik pelaksanaan kegiatan ini dan berharap Universitas Pattimura bisa memberikan dukungan penuh terhadap hasil dari webinar ini. “Jika ada potensi untuk menjadi produk obat harus benar didukung oleh Universitas Pattimura, tentunya akan melalui tahap pengujian lebih lanjut sampai uji klinik yang bisa dilakukan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura kedepan harus menghasilkan produk obat”, ujarnya.
“Saya juga berharap perlu adanya dukungan semua pihak baik tingkat universitas, Pemerintah Kota dan Daerah serta stakeholder dalam mendukung hasil webinar ini, sehingga jika dimungkinkan kita bisa melakukan hilirisasi berbagai jenis produk, supaya ada produk nasional yang berasal dari sumberdaya alam Maluku dan dapat pergunakan untuk masyarakat luas”, kata Dr. Yustinus.
Diketahui pula pada awal Pandemi Covid-19 melanda Maluku, Jurusan Kimia FMIPA Universitas Pattimura telah melaunching handsanitaizer sesuai standar WHO yang menggunakan kandungan lokal yakni alcohol berbasis sopi dengan campuran minyak atsiri : kayu putih, cengkeh dan pala, “Itu membuktikan bahwa semua yang tersedia di alam Maluku ini dapat dipergunakan spesifik untuk menghambat virus,” ujar Dr. Yustinus.
Kedepan dalam memasuki tatanan New Normal dan penerapan Kampus Merdeka – Merdeka Belajar, Jurusan Kimia FMIPA akan melakukan upaya-upaya nyata sesuai keilmuan dalam pengembangan sumberdaya alam Maluku dan menawarkan bidang unggulan terkait minyak atsiri dalam proses akademik dan diwacanakan kesemua perguruan tinggi lainnya di seluruh Indonesia.