“Sekali k’lak awan gelap akan lenyap dan matahari keadilan akan terbit” (Pattimura, 1783 – 1817)
UNPATTI-Ambon, Selasa (15/5).
Universitas Pattimura yang menyandang nama Pattimura yang diberikan Ir. Soekarno Presiden RI Pertama sebagaimana SK Presiden RI nomor 60 tahun 1963. Diusianya yang ke 57 sebagai lembaga perguruan tinggi negeri di Maluku, UNPATTI senantiasa membangun dan berkembang dalam segala tantangan yang dihadapi berbalurkan semangat “Pattimura” dengan motto HOTUMESE yang terus berjuang untuk kalahkan tantangan sembari maju dan berkembang terus.
Rektor Prof. Marthinus J. Saptenno beberapa waktu lalu melalui surat edarannya menginstruksikan agar seluruh civitas akademika dan tenaga kependidikan untuk mencontoh perilaku semangat juang Pattimura yang akan diperingati dengan menggelar Upacara Bendera pada setiap tanggal 15 Mei. Upacara peringatan Hari Pattimura ini sebagai momentum pemacu semangat kerja untuk meningkatkan kinerja Tridharma dan Selanjutnya di tahun-tahun mendatang akan menjadikan nya sebagai agenda baru dan rutin untuk dilaksanakan di “Kampus Orang Bersaudara” ini.
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Dr. Jusuf Madubun bertindak sebagai Pembina Upacara dalam sambutannya menyampaikan beberapa nilai yang dapat di petik dari semangat juang Kapitan Pattimura.
Disampaikannya bahwa semangat patriotik dan jiwa heroik yang dikenal oleh orang Maluku dengan “Kabaresi” memuat nilai semangat yang harus dikembangkan secara internalisasi oleh civitas UNPATTI dalam bentuk Tridharma Perguruan Tinggi yang menjadi tujuan institusi untuk mengabdi dan memberikan yang terbaik kepada bangsa dan negara dan masyarakat Maluku. Ditambahkannya bahwa, “Sangat terasa miris dan ironis jika sebagai penyandang nama Pattimura, UNPATTI tidak mengembangkan nilai-nilai Kabaresi tersebut”.
Nilai yang tak kalah pentingnya adalah nilai kesetiaan dan rela berkorban bagi rakyat Maluku oleh sang Kapitan, hendaknya juga menjadi contoh kesetiaan kita untuk mengabdi dan rela berkorban bagi institusi tercinta, ujarnya.
Nilai nasionalisme, kebangsaan dan kerjasama yang dibangun oleh sang Kapitan yang diusia mudanya (34 tahun) telah memiliki konsep wawasan nasional kebangsaan dengan membangun kerjasama dengan para raja-raja/patih di daerah jawa, Sulawesi, kalimantan, Bali juga para sultan di Tidore serta para latupati, tokoh masyarakat yang ada di Maluku.
Kapitan Pattimura juga telah menunjukan bahwa ia seorang visioner yang penuh optimisme, hal mana tersirat dalam pesannya sebelum tewas di tiang gantungan bahwa “Pattimura-Pattimura Tua boleh dihancurkan, tapi Pattimura-Pattimura Muda akan bangkit untuk meneruskan perjuangan”. Nilai-nilai inilah menurut Madubun harus diimplementasikan dalam kinerja dan pengabdian kita bersama melalui intitusi tercinta bagi bangsa dan negara dan juga masyarakat dan ‘negeri’ ini.
Madubun juga mengingatkan seluruh civitas akademika dan tenaga kependidikan untuk mengambil langkah dan memacu diri untuk persiapan perkembangan memasuki era Revolusi Indistri 4.0 yang akan membawa kita pada era revolusi digitalisasi teknologi yang canggih yang secara mendasar akan mengubah proses kerja, cara hidup, cara kerja dan cara berpikir serta transformasi organisasi dengan kredibilitas dan kapabilitas kepemimpinan, budaya kerja, kekuatan kerja yang senantiasa dikembangkan terus menerus karena di era ini berdampak terjadinya pengurangan SDM pekerja karena tergantikan dengan era Digitalisasi teknologi di semua lini. Madubun yakinkan bahwa ‘kita’ akan mampu melewati ujian era Revolusi Industri ini dengan sukses apabila kita memegang teguh prinsip-prinsip yang telah diteladankan oleh Kapitan Pattimura dan kawan-kawan.
Diakhir sambutannya, Wakil Rektor Dr. Madubun Bidang Kemahasiswaan, Dr. Jusuf Madubun mengajak untuk membangun kebersamaan bangsa, membangun rasa kemanusiaan kita dan menentang segala bentuk kekerasan dan radikalisme dan terorisme dalam kehidupan bangsa kita.
Rangkaian kegiatan Upacara peringatan Hari Pattimura di laman Rektorat yang diikuti sebagian besar civitas akademika oleh para Dekanat, Pimpinan lembaga, Kabiro AUK, para Guru besar, struktural pimpinan lainnya, para Ketjur dan Kaprodi, dosen dan mahasiswa serta tenaga kependidikan dengan memakai dresscoat baju khas daerah Baju Cele, Baju Kurung, Baniang dan bahkan ada yang menggunakan kebaya dansa yang menandakan betapa kaya ragam budaya Maluku. Upacara diakhiri dengan memperdengarkan mars lagu Pattimura dan lagu perjuangan rakyat Maluku ditutup dengan sarapan bersama berupa snack roti kue dalam dan minuman ‘burjo’. Semangat Pattimura tak’an punah oleh waktu…. Bangkit dan berjuanglah terus Pattimura-Pattimura Muda. Maju dan kalahkan tantangan... HOTUMESE.