UNPATTI,- Selasa (06/10), Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Pattimura kembali menggelar Webinar seri II “Eksplorasi dan Aplikasi Lempung Asal Maluku” yang merupakan kerjasama antara Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Pattimura dengan Himpunan Kimia Indonesia (HKI) Maluku dan Maluku Utara.
Webinar Seri 2 “Eksplorasi dan Aplikasi Lempung Asal Maluku” ini menghadirkan tiga narasumber yakni : Prof. Dr. Is. Fatimah, Dosen Kimia Universitas Islam Indonesia., Dr. Catherina M. Bijang M.Si, Dosen Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Pattimura., Dr. Serly J. Sekawael, S.Si,M.Si, Dosen Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Pattimura.
Ketua Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Pattimura, Dr. Yusthinus. T. Male, M.Si menjelaskan, umumnya lempung atau tanah liat yang selama ini hanya dibuat peralatan yang sangat sederhana untuk alat masak seperti cobe, sempe, vas bunga dan paling dasar dibuat batu bata dan yang potensial di Maluku ada di Latuhalat, Saparua. Tetapi dengan sentuhan teknologi kimia bisa dijadikan material fungsional dan dalam skala nano yaitu ukuran yang sangat kecil fungsinya sangat besar dan itu menunjang teknologi canggih.
“Jadi dengan seminar ini kita punya nominal pertama yakni bahan alam. Metabolisme sekunder meliputi kekayaan rempah-rempah, hasil laut, sudah sukses kita lakukan, kemarin material hayati tumbuh-tumbuhan yang kita eksplor untuk berbagai kepentingan medis, bahan makanan, komestik. Sekarang yang ingin kita eksplor yang di permukaan, ada tanah, kalau buat orang pertanian tanah di pakai untuk persemaian benih tapi untuk orang kimia permukaan tanah itu bisa menjadi material fungsional yang bisa gunakan untuk aplikasi teknologi canggih. Selanjutnya bila fokus kita ke material non organik /non hayati salah satunya adalah pemanfaatan lempung atau tanah liat yang tidak hanya di jadikan batu bata dan keramik tetapi bisa ditingkatkan fungsinya skala nano untuk di buat material canggih. Kita punya bahannya, kita punya pakarnya, kita mau sampaikan bahwa kita juga bisa membuat material canggih dari bahan lempung alam asal Maluku dan memberikan sumbangsih yang signifikan untuk bangsa. webinar yang diselenggarakan ini sebenarnya ingin mengeksplor potensi bawah tanah, ada minyak, gas bumi, ada tambang sehingga kita ingin menujukan bahwa di tengah pandemi kita bisa menghasilkan sesuatu yang sangat fungsional” ujarnya.
Harapannya melalui webinar ini Maluku tidak saja dikenal sebagai pusat rempah tetapi Maluku juga dapat dikenal karena memiliki material kekayaan alam lainnya yang bisa di eksplor salah satunya potensi lempung yang dikaji. Tidak hanya di Saparua yang di kenal dengan cengkih, di Latuhalat dengan batu bata tetapi bisa di tingkatkan menjadi material fungsional dalam skala kecil. Karena masing-masing orang harus dapat mengeksplor daerahnya.
Webinar ini diikuti oleh 180 peserta yang terdiri dari banyak kalangan yaitu peneliti, pendidik, dari berbagai daerah di tanah air.
Menyikapi proses pembelajaran pada saat Pandemi Covid-19 yang dilakukan secara daring, beliau mengatakan memang di akui awalnya kesulitan di sebabkan mahasiswa yang tersebar di pulau – pulau kecil, terkendala dengan jaringan internet dan mengingat jurusan kimia harus ada praktikum, merupakan tantangan, namun semua proses pembelajaran bisa berjalan dengan baik dan semua beban praktikum 70% bisa berjalan dan mahasiswa juga di beri keterampilan dasar.
Jurusan Kimia kembali akan melaksanakan seminar mengenai potonsi tambang dan dampak lingkungan pada awal februari atau maret 2021.