UNPATTI,- Badan Pengawasan Obat dan Makanan Ambon mengunjungi Pusat Pengembangan Inovasi Universitas Pattimura. Kunjungan ini dimaksudkan melakukan penilaian (pre-market) sebelum memperoleh ijin edar terhadap produk baru hasil inovasi para ilmuan di Universitas Pattimura yakni “Susu Kelor”, yang khusus dibuat untuk balita/anak yang kekurangan gizi (malnutrisi) suatu kondisi gangguan kesehatan serius yang terjadi ketika tubuh tidak mendapat asupan nutrisi yang cukup dalam jangka waktu yang lama. Selain bermanfaat bagi anak-anak dengan malnutrisi, “Susu Kelor” ini juga bisa membantu daya tahan tubuh bagi orang dewasa.
Direncanakan produk ini akan di Launching Universitas Pattimura setelah memperoleh ijin dari BPOM Ambon, untuk dapat dipasarkan kepada masyarakat. Hal ini disampaikan oleh Dr. Esther Kembauw, S.Pi, M.Si., Ketua Pusat Pengembangan Inovasi Universitas Pattimura diruang kerjanya, Selasa (26 Februari 2021).
Salah satu persyaratan untuk dikeluarkannya ijin BPOM adalah tinjau prasarana agar dapat dilihat bagaimana proses pembuatan suatu produk agar sesuai dengan standard dan mekanisme yang telah ditentukan
Tim yang terdiri oleh dr. Sri Wahyuni Djoko, Sp.A., Dr. Esther Kembauw, S.Pi, M.Si dan Dr. Imanuel B. D. Kapelle, S.Si, M.Si melakukan inovasi untuk menghasilkanProduk Susu Kelor dengan nama dagang “SUSUKE” yang merupakan produk lanjutan. Ketua Tim Inovasi ini dr. Sri Wahyuni Djoko, Sp.A, mengatakan produk ini sebelumnya pernah diuji klinis kepada pasien gizi buruk , kekurangan gizi misalnya stunting, wasting dan dari hasil uji klinis didapati bahwa SUSUKE dapat membantu pasien malnutrisi mencapai berat badan target, “jadi kita membuat satu produk untuk menjawab kebutuhan masyarakat Maluku dimana Maluku ini sendiri merupakan salah satu daerah yang masuk dalam katagori kasus stunting dan wasting terbanyak di Indonesia. Di Maluku dapat dijumpai begitu banyak tanaman kelor, bahkan dapat ditemui sampai ke pelosok-pelosok desa. Bagaimana kelor yang kaya akan gizi dan dipergunakan sebagai terapi malnutrisi di Afrika ini bisa dijadikan bahan baku yang mudah dicerna dan mudah didapat dan juga mudah dalam proses pembuatannya? Akhirnya dibuatlah satu produk susu malnutrisi, susu makanan tambahan yang dipakai terapi stunting dan malnutrisi pada anak dalam bentuk susu formula kelor” ujarnya.
Komposisi dari “SUSUKE” ini adalah campuran dari susu formula gizi buruk powder milk dan powder dari kelor sendiri, kemudian kita mix dengan mineral yang dibuat dalam suatu proses yang panjang sehingga terbentuklah formula Susu Kelor
Cara pembuatannya dalam 20g Susu Kelor harus diseduh dengan air 90 ml utk mencapai 100cc dan diharapkan kalori yang terkandung didalamnya mencapai 100 kilo kalori, dengan kalori dan komponen elektrolik serta garam yang tinggi diharapkan pasien malnutris mudah untuk mencernanya dan mudah untuk mencapai gizi yang diharapkan.
Harapan kami dengan adanya Susu Kelor yang bahan bakunya berasal dari Maluku sendiri akan membantu mengurangi pengeluaran bagi masyarakat yang tingkat sosial ekonominya rendah. Sehingga dengan harga yang cukup murah dan terjangkau “SUSUKE” dapat menjawab kebutuhan anak gizi buruk di Maluku, dalam bentuk formula susu.
“Diharapkan kedepan Universitas Pattimura dapat memberikan support untuk pengembangan infrastruktur pembangunan klinik khusus bagi anak-anak malnutrisi sebagai upaya turut serta menurunkan angka stunting dan wasting khususnya pada anak-anak di Maluku, sehingga berbagai produk yang inovasi yang dihasilkan bermanfaat bagi masyarakat umum”, ujar dr. Sri Wahyuni
Dr. Kembauw juga menjelaskan bahwa selain SUSUKE, Pusat Pengembangan Inovasi Universitas Pattimura juga telah menghasilkan beberapa produk inovasi diantaranya ; alat pembangkit listrik dengan memanfaakan cangkang kenari atau sampah kayu yang sudah tidak dipakai untuk energi terbarukan, design kapal penangkap tuna berpendingin aktif memanfaatakan energy terbarukan dimana merupakan rancangan pendinginnya menggunakan air laut , pengering ikan ‘tradisional’ khusus bagi masyarakat terpencil yang belum terjangkau sentuhan teknologi modern serta produk rumah tangga hasil olahan sampah kertas/karton. Direncanakan Pusat Pengembangan Inovasi Universitas Pattimura akan mengembankan inovasi PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya), untuk mengurangi penggunaan beban listrik dari PLN, khususnya di lingkungan Universitas Pattimura.
Diharapkan semua produk inovasi yang dihasilkan dari para ilmuan melalui Pusat Pengembangan Inovasi Universitas Pattimura mendapat dukungan dalam bentuk perencanaan dan penganggaran agar produk-produk unggulan ini dapat bermanfaat bagi masyarakat
Selamat berinovasi.. Hotumesse