UNPATTI,- Universitas Pattimura (UNPATTI) dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyelenggarakan Lokakarya Pusat Kolaborasi Riset Ekosistem Perairan Kawasan Timur Indonesia dengan Tema “Pemantapan Program Kajian Ekosistem Teluk Ambon Untuk Pemanfaatan yang Berkelanjutan” Selasa (1/11).
Kegiatan yang berlangsung selama dua hari dari tanggal 1-2 November 2022 dilaksanakan secara hybrid, untuk hari pertama menghadirkan enam narasumber yang dibagi dalam dua sesi. Sesi pertama membahas tentang program dan pengembangan Pusat Kolaborasi Riset dengan narasumber, Deputi Bidang Fasilitas Riset dan Inovasi BRIN Irmawati, SKM., M. Epid, Ketua Pusat Kolaborasi Riset Ekosistem Unpatti-BRIN Dr. rer.nat. Gino. V. Limmon, M. S.c, Dr. Augy Syahailatua dari Pusat Riset Oseanografi BRIN dan di moderator oleh Dr. Freshly D Hukom dari Pusat Riset Oseanografi BRIN, di sesi kedua membahas tentang Penguatan Infrastruktur dengan narasumber Muhammad Fadli, S.Si., M.Si dari Pusat Riset Laut dalam BRIN, Dr. Ir. Johannes M. S. Tetelepta, M.Sc., M.Phil Guru Besar pada FPIK Unpatti, Sub Koordinator Database dan DW/Data Lake Pusdatin BRIN Canggih Parmono Gultom, S.Kim., M.Comp.Sc dengan moderator Dr. Charlie Ester de Fretes.
Ketua Pusat Kolaborasi Riset Ekosistem Unpatti-BRIN Dr. rer.nat. Gino. V. Limmon, M. Sc dalam loprannya mengatakan, Lokakarya ini merupakan Kick Off dari rangkaian Pusat Kolaborasi Riset Ekosistem Perairan Kawasan Timur Indonesia yang diinisiasi oleh rekan-rekan penelitian BRIN dan UNPATTI lewat salah satu skema pendanaan BRIN. Kedepannya akan dilakukan lokakarya untuk mendiskusikan topik yng lebih luas yaitu tentang Ekosistem Perairan Di Kawasan Timur Indonesia.
“Kami akan menghadirkan semua stakeholder mulai dari Akademisi, Peneliti, Pemerintahan, Bisnis dan LSM untuk mendiskusikan tata kelola Teluk Ambon, yang diharapkan dapat menjadi pilot Project dan contoh bagi pengelolaan Teluk di Indonesia” ungkapnya.
Dr. Gino berharap, melalui lokakarya ini akan terbangun diskusi untuk menentukan strategi terbaik dalam pengelolaan Teluk Ambon.
Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNPATTI, Dr. Yoise Lopulalan. S. Pi., M. Si dalam Sambutan mengatakan, ada 3 Ekosistem Perairan di Daerah tropis Teluk Ambon yakni, Mangrove, Lamun dan Terumbuk Karang namun disayangkan Teluk Ambon dipenuhi sampah yang dapat merusak ekosistem tersebut sehingga menimbulkan keprihatinan terhadap kondisi Teluk Ambon.
Lanjut dikatakan Lokakarya yang menghadirkan akademisi, peneliti dan pemerintah diharapkan menghasilkan pemikiran tidak hanya terkait dengan pengelolaan sumber daya hayati saja tetapi dapat melihat kondisi kota Ambon kedepan, dan juga nantinya pikiran-pikiran strategis yang dibagikan di lokakarya ini akan menjadi salah satu program kerja dari pusat riset kolaborasi sistem perairan di kawasan Timur Indonesia.
Dekan memberikan apresiasi atas terselenggaranya lokakarya ini dan berharap lokakarya ini tidak hanya diikuti oleh peserta dari Fakultas Perikanan saja tetapi kedepannya ada peserta dari Fakultas yang lain di UNPATTI karena dalam mengelola perairan tidak hanya orang Perikanan saja.
Kepala BAPPEDA LITBANG Kota Ambon, Ir. Enrico, R. Matitaputty, M.Tech memberikan apresiasi bagi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Pattimura dan Pusat Riset Osenografi – BRIN yang telah menyepakati untuk membentuk Pusat Kolaborasi Riset (PKR) yang bertemakan “Pengelolaan Ekosistim Teluk Ambon Berbasis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi”. Dengan harapan kerjasama yang dibentuk dapat memberikan dampak yang signifikan bagi pengelolaan kelautan di wilayah Timur Indonesia khususnya Provinsi Maluku dan Kota Ambon.
“Lokakarya ini sangatlah penting bagi kita baik aparatur pemerintahan daerah, para akademisi maupun periset dalam menyatukan visi dan misi kita terkait penguatan pengelolaan ekosistem teluk ambon dan pengembangan riset kelautan di kawasan Timur Indonesia yang lebih terintegrasi. Keterpaduan dan sinkronisasi dalam tata kelola ekosistem tentunya akan berdampak bagi peningkatan produktivitas sektor kelautan perikanan dan secara langsung berdampak pada peningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjamin keberlanjutan kehidupan generasi mendatang”. Tutur Ir. Matitaputty
Dikatakan juga dalam mewujudkan fokus penguatan pengelolaan ekosistem Teluk Ambon dan pengembangan riset kelautan di Kawasan Timur Indonesia yang lebih terintegrasi, tentunya diperlukan kemitraan yang berdedikasi, ketersedian data dan informasi yang mendukung, serta komitmen kita sekalian dalam melaksanakan kolaborasi kita untuk peningkatan tata kelola kawasan kelautan maupun pesisir yang berkelanjutan. Kedepannya, dalam proses perumusan perencanaan pembangunan di Kota Ambon, sinkronisasi dan sinergitas dengan rencana aksi dalam pengelolaan ekosistem Teluk Ambon tentunya sangat diperlukan untuk optimalisasi recana pengembangan wilayah yang berkelanjutan. Kontribusi dari setiap stakeholder sangatlah diharapkan agar dapat memajukan hasil penelitian yang dapat diadaptasi dalam pengembangan pengelolaan wilayah kelautan dan pesisir.
Ir. Matitaputty berharap forum ini, akan mendorong penyatuan pemahaman terkait tata kelola ekosistem teluk ambon dan pengembangan riset kelautan di Kawasan Timur Indonesia yang lebih terintegrasi. Peran aktif semua pemangku kepentingan, sangat diharapkan agar terwujudnya kesepahaman yang melahirkan komitmen untuk berkontribusi sesuai dengan tugas dan peranan masing-masing. “Mari kita bergandeng tangan, memberikan yang terbaik bagi keberlanjutanan pengelolaan lingkungan khususnya wilayah laut dan pesisir”, ungkapnya.
Dikesempatan yang sama Kepala BAPEDA Provinsi Maluku Dr. Anton A. Lailossa, ST., M.Si mengatakan pemerintah daerah selaku pengambilan kebijakan baik dikota Ambon dan Provinsi memerlukan masukan dari sisi Akademisi dan Peneliti dan itu akan di kolaborasikan dalam suatu pemahaman yang komperhensip untuk mengambil kebijakan-kebijakan yang bermanfaat bagi teluk Ambon. Lokakarya ini diharapakan akan menghasilkan pemikiran-pemikiran yang optimal untuk dapat menjadi masukan bagi pemerintah dalam penyusan program dalam mendukung pengelolaan ekosisten teluk Ambon.
Wakil Rektor Bidang Akademik Prof. Dr. Fredy Leiwakabessy, M.Pd dalam sambutannya sekaligus membuka lokakarya mengatakan lokakarya hari ini merupakan kolaborasi antara perguruan tinggi, lembaga peneliti dan pemerintah dalam pengambil kebijakan untuk menentukan arah yang tepat dalam pengembangan pengelolaan ekosistem pesisir terkhususnya Teluk Ambon yang diharapkan dapat menjadi pilot project untuk teluk lainya di Indonesia.
“Kita harus berfikir lebih cepat, tanggap dan terintegrasi untuk melihat bagian dari riset di universitas dengan pembentukan pusat kolaborasi riset, harapannya mendapatkan data informasi yang bersifat basic Science, mengembangkan ketahanan pangan melalui perikanan dan kelautan, memberikan kontribusi dengan sumber daya yang ada untuk potensi farmasi dan kesehatan, mengetahui potensi pariwitasa teluk Ambon serta kolaborasi riset ini dapat mengetahui pengembangan kewirausahaan”. jelasnya.
Dr. Leiwakabessy berharap melalui lokakarya ini dapat mendukung Indikator Kinerja Utama Universitas Pattimura dan juga memberikan masukan kepada pemerintah daerah selaku pengambil kebijakan. Kolaborasi ini juga diharapkan lebih faktual tidak hanya pada tahapan riset namun dapat publikasikan dan diimplentasikan.
Untuk hari kedua menghadirkan empat narasumber dengan pembahasan tentang Strategi Penguatan Kemitraan Riset di Teluk Ambon yang dibawakan oleh Prof. Alex W. Retraubun – Guru besar FPIK UNPATTI, Kepala BAPPEDA LITBANG Kota Ambon, Ir. Enrico, R. Matitaputty, M.Tech, Reza Tuasikal (Pelaku Industri Pariwisata) dan LSM “Baileo” yang di moderatori Dr. Sem Likumahua. Kegiatan diakhiri dengan perumusan hasil lokakarya yang disampaikan oleh Dr. Augy Syahailatua.
Hadir dalam Lokakarya ini para ketua jurusan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Pattimura, Sekretaris Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) Unpatti , Kepala LP2M Universitas Kristen Indonesia Maluku, IAIN Ambon, para akademisi serta peneliti.
#UniversitasPattimura
#HumasUnpatti
#UnpattiBRINSelenggarakanLokakaryaPusatKolaborasiRisetEkosistenPerairairanKawasanTimurIndonesia